Pantun dan peribahasa - the lost art.

Kenapa pantun & peribahasa menjadi tradisi yang hilang? padahal sebenarnya cukup inspiratif  juga lho.

Bisa jadi karena banjirnya seni musik dengan lirik-lirik cinta??, ataupun karena budaya membaca kita yang minim??.

Kenapa menurut saya asyik?

Karena pantun itu singkat. Tidak seperti novel yang harus di baca berhari-hari, tidak juga seperti puisi yang maknanya harus di baca berulang-ulang terlebih dahulu.

Dalam kemasan kata-kata yang pendek, Tujuan dan maknanya sebisa mungkin sampai.
Lebih bagus lagi kalau ada tujuan nasehat dan renungan.

Berikut ini beberapa dari saya, terusin yaa.. it's fun!

Makan durian manis rasanya, Hati-hati kena duri.
Hidup boros tak ada gunanya, bisa merugi di kemudian hari.

Ada monyet suka berkaca, semua itu adalah karunia.
Budayakan gemar membaca, bekal nanti melihat dunia.

jikalau monyet sedang berkaca, jangan kau ganggu ujung pelana.
Kalau kau memang suka membaca, pilihlah buku yang berguna.

Sebelum kupu menjadi kepompong, jangan sampai di makan ayam kate.
Kakek Nenek sudah ompong, kenapa juga suka makan sate?

kate bukan sembarang kate, biar kate, berdandan rapi...
sate bukan sembarang sate, yang dimakan cuma sate sapi ...

Buat apa makan mentimun, banyak getah banyak biji.
Buat apa duduk melamun, lebih baik belajar ngaji.

Naik sepeda menabrak pagar, sungguh malu jatuh terjengkang.
Zaman sekarang malas belajar, kelak hidupnya terbelakang.

Lompat si katak lompat, lompat dalam perigi.
Kalau adik sudah bergigi empat, jangan malas gosok gigi.

Thanks diar untuk reply-annya. :)

Lebih menyenangkan lagi kalau pantunnya keluar dalam bentuk omongan sehari-hari.. di jamin pasti lucu. :)

Mari kembangkan budaya bahasa Indonesia.

Suka halaman ini?
Berbagilah dengan teman anda!
Facebook, Twitter, Google dan lain-lain.
Bookmark and Share