Kadang kita terlalu ringan menilai visi dan misi dalam satu perusahaan, sepertinya tanpa statement yang harus di tulis, di ukir, toh perusahaan jalan kan?.. warung pinggir jalan toh bisa jadi bisnis tanpa harus punya visi dan misi.
Hal itulah yang paling sering saya temui, ketika membuat usaha baru atau project baru, jarang ada yang mau memikirkan, ada yang mau, tapi lebih banyak yang tidak.
Sebenarnya menetapkan misi dan visi ini seperti menentukan arah dan secara perlahan apa yang kita tetapkan itu akan membentuk jalan kita. Visi dan misi ini bisa di ibaratkan cita-cita.
Ketika saya kecil kayaknya banyak banget cita-citanya.. sepertinya setiap melihat pekerjaan yang menarik dan seru.. langsung pengen jadi seperti yang di lihat. Nonton ada pemadam kebakaran di TV langsung pengen jadi fireman, nonton film perang langsung pengen jadi pilot.
Tapi yang sebenarnya terjadi sampai perjalanan dari sma ke kuliah pun saya masih ragu dengan cita-cita saya sendiri, lebih tepatnya masih bingung apa yang benar-benar di inginkan. Waktu dan kehidupan pun lalu memolesnya ikut menentukan jalan kita dan membentuk semua cita-cita kita. Tapi benarkah itu? Seharusnya kah itu terjadi?
Waktu, fakta, dan kenyataan hidup tidak bisa di hindari, yang bisa kita setel adalah mindset kita. Memperkenalkan, mengembangkan thibbun nabawi dan mencoba mengangkatnya menjadi no. 1 adalah salah satu dari cita-cita saya sekarang, tapi kenyataannya jualan produknya lebih menguntungkan tanpa harus meluaskan ilmunya. Itu fakta sekarang yang ada.
Mudahnya ,ya.. cash tetap bisa muter tanpa harus repot-repot mengembangkan, meluaskan ilmu pengetahuan.. dll, dll.. Jualannya lebih keliatan profitnya. Nah kalo udah gitu gimana? Kalo visi misinya aja di rubah? Menjadi penjual yang terhebat, menjadi penyalur madu yang terhebat? ya sah-sah aja.. wong itu cita-citanya kok protes? emang salah kalo ada orang pengen jadi tukang sapu? asal halal aja kan gak papa.
Nah kalo udah gini sih menurut saya semuanya balik ke owner dari perusahaan itu. Kalau saya tanya ke pemilik bisnis lain biasanya mereka menjawab "ya.. lihat aja nanti arahnya kemana.", gimana mau mengarahkan karyawannya kalau ownernya aja nggak tau mau kemana. Yang megang kendali alias supirnya aja masih bingung mau kemana. Gimana mobilnya mau nyampai tujuan?
Coba lah mulai dari sekarang kita mantapkan kembali cita-cita kita, gambarkan secara mental di benak kita.. seperti apa arah yang kita inginkan.. apa yang ingin kita capai. Semakin jelas gambarnya sebenarnya semakin mudah jalannya karena arahnya yang sudah jelas. Semakin buram gambarnya, semakin kita harus bertanya kepada diri kita sendiri apa yang benar-benar kita inginkan. Nanti itu semua menentukan apa yang harus anda perbuat.
Ass.wr.wb
Irza,
yg bercita-cita mengembangkan thibbun nabawi di greenatura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar